KATA
PENGANTAR
Assalamualaikumwarohmatullahiwabarokatuh. . .
Puji dan syukur tetap kita haturkan
kepada Allah SWT. Karena atas ijin
Dialah sehingga pembuatan makalah ini dengan judul “Sejarah dan perkembangan Filsafat
Ilmu” dapat terselesaikan diselesaikan
pada tepat waktunya. Filsafat dan ilmu adalah dua bidang pengetahuan yang
saling berhubungan dan banyak orang telah mendeskripsikan pengetahuan mereka
tentang Filsafat dan Ilmu. Namun juga banyak orang yang telah mempelajari
tentang Filsafat dan Ilmu akan tetapi mereka tidak mengetahui sejarah serta
perkembangan filsafat dan ilmu itu sendiri. Oleh karena itu, dalam penulisan
makalah ini penulis akan menjelaskan mengenai sejarah perkembangan filsafat
ilmu.
Makalah ini didedikasikan kepada semua pembaca khusunya
mahasiswa universitas Muhammadiyah Kupang, Fakultas Agama Islam, Jurusan
Tarbiyah. Sebagai penyusun, kami menyadari banyak hal yang masih kurang. Dan
jika dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan atau kekeliruan,
mohon kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan.
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR……………………………………………………………...……..ii
DAFTAR
ISI………………………………………………………………………..……iii
BAB I.
PENDAHULUAN……………………………………………………………….1
A. Latar Belakang Masalah………………………………………………….….1
B. Tujuan
Penulisan………………………………………………………...…..1
BAB II.
PEMBAHASAN…………………………………………………………………2
A. Pra Yunani Kuno (abad 15-7
SM)…………………………………………...2
B. Zaman Yunani kuno (abad-7-2
SM)……………………………………..….3
C. Zaman Pertengahan (Abad 2- 14
SM)…………………………………..…..4
D. Masa Renaissance (14-17
M)…………………………………………….….4
E. Perkembangan Filsafat Zaman
Modern (17-19 M)……………………..…..5
F. Zaman Kontemporer…………………………………………………….….6
BAB III.
PENUTUP………………………………………………………………………8
.
A. Kesimpulan………………………………………………………………..…8
B. Saran…………………………………………………………………………8
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Dalam kontek sejarah perlu kiranya
mengetahui sejarah perkembanganilmu dan falsafahnya. Sinergi dengan pernyataan
tentang kesatuan sejarah,yang artinya bahwa pengetahuan harus mengabdi pada
umat dan manusia.Disinilah perlunya kita tinjau filsafat ilmu dan sejarah
perkembangannyasecara integral. Dalam mempelajari sejarah perkembangan ilmu
tentu saja kitatidak bisa berpaling dari asal filsafat itu sendiri yaitu
Yunani, denganpembagian klasifikasi secara periodik.Filsafat ilmu berkembang
dari masa ke masa sejalan denganperkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta realitas sosial. Dimulaidengan aliran rasionalisme-empirisme , kemudian
kritisisme dan positivisme.Karena setiap periode mempunyai ciri khas tertentu
dalamperkembangan ilmu pengetahuan. Penemuan-penemuan demi penemuan
yangdiakukan oleh manusia hingga zaman sekarang ini tidaklah terpusat di
satutempat atau wilayah tertentu.
B. Tujuan Penulisan
Berdasarkan penjelasan dapat diambil suatu rumusan dari
penulisanmakalah ini. Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah ini yaitu:
a.Untuk mengetahui sejarah filsafat ilmu
b.Untuk mengetahui perkembangan filsafat ilmu
BAB
II
PEMBAHASAN
Sebelum
membahas sejarah perkembangan filsafat ilmu, sebagai penulis
kiranya kami menjelaskan beberapa hal yaitu betapa pentingnya atau manfaat dari
mahasiswa untuk mempelajari filsafat ilmu, dan manfaat-manfaat
tersebut adalah sebagai berikut, antar lain:
1. Untuk semakin mempertegas dan memperdalam
pengetahuan tentang filsafat ilmu.
2. Melatih diri dalam melakukan
penelitian, pengkajian dan pengambilan kesimpulan terhadap suatu hal.
3. Menjadi acuan motivasi untuk
lebih kritis terhadap ilmu pengetahuan.
Kata
filsafat ilmu merupakan hal yang sangat penting utamanya dalam pengkajian ilmu
pengetahuan, karena filsafat ilmu merupakan keinginan mendalam untuk
mengetahui sesuatu yang tidak diketahui sebelumnya.berdasar kepada pengertian
filsafat tersebut, dpat didefenisikan bahwa filsafat itu memang sudah ada sejak
adanya manusia pertama yaitu nabi adam AS. Berikut periodesasi filsafat ilmu:
A. Pra Yunani Kuno
(abad 15-7 SM)
Dalam sejarah
perkembangan peradaban manusia. Yakni ketika belum mengenal peralatan seperti
yang dipakai sekarang ini. Pada masa itu manusia masih menggunakan batu sebagai
peralatan. Masa zaman batu berkisar antara 4 juta tahun sampai 20.000 tahun
sebelum masehi. Sisa peradaban manusia yang ditemukan pada masa ini antara
lain: alat-alat dari batu, tulang belulang dari hewan, sisa beberapa tanaman,
gambar-gambar digua-gua, tempat-tempat penguburan, tulang belulang manusia
purba. Evolusi ilmu pengetahuan dapat diruntut melalui sejarah perkembangan
pemikiran yang terjadi di Yunani, Babilonia, Mesir, China, Timur Tengah dan
Eropa.
B. Zaman Yunani
kuno (abad-7-2 SM)
Zaman
Yunani kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada masa ini
orang memiliki kebebasan untuk mengeluarkan ide-ide atau pendapatnya, Yunani
pada masa itu dianggap sebagai gudangnya ilmu dan filsafat. Bangsa Yunani
juga tidak dapat menerima pengalaman-pengalaman yang didasarkan pada sikap
menerima saja (receptive attitude) tetapi menumbuhkan anquiring attitude
(senang menyelidiki secara kritis).
Sikap inilah yang
menjadikan bangsa Yunani tampil sebagai ahli-ahli pikir yang terkenal sepanjang
masa.slaha satu tokoh Yunani yang terkenal pada waktu itu PARMENIDES dengan
pendapatnya ”hanya yang ada itu ada” menides tidak mendefinisikan apa itu "yang ada",
tetapi dia menyebutkan beberapa sifatnya yang meliputi segala sesuatu. Menurutnya,
"yang ada" itu tidak bergerak, tidak berubah, dan tidak terhancurkan.
"Yang ada" itu juga tidak tergoyahkan dan tidak dapat disangkal.
Kalau orang menyangkal bahwa "yang ada" itu tidak ada, dengan pernyataannya
sendiri orang itu mengakui bahwa "yang ada" itu ada. Sebab, kalau
benar "yang ada" itu tidak ada, orang itu tidak dapat menyangkal
adanya "yang ada". Jadi, kenyataan bahwa "yang ada" itu
dapat ditolak keberadaannya menunjukkan "yang ada" itu memang ada,
sedangkan "yang tidak ada" itu tidak ada! Sesuatu "yang tidak
ada" sama sekali tidak dapat dikatakan atau dipikirkan, apalagi didiskusikan
(disanggah atau diiyakan).
Sebaliknya,
"yang ada" itu selalu dapat dikatakan, dipikirkan, dan didiskusikan.
Oleh sebab itu, pernyataan Parmenides ini menjadi terkenal, "Ada dan
pemikiran itu satu dan sama." Maksudnya, "yang ada" itu selalu
bisa dipikirkan, dan "yang dapat dipikirkan" selalu ada. Parmenides
membuat suatu pemisahan tajam antara apa yang kelak disebut "pengetahuan
empiris", yakni pengetahuan yang diperoleh berdasarkan pengalaman atau
pencerapan indrawi (empeiria, Yunani), dengan "pengetahuan akal budi"
yang murni dan sejati. Jenis pengetahuan yang terakhir ini hanya diperoleh
berkat akal budi yang mampu menangkap "ada" yang bersifat satu dan
tidak berubah, di balik segala sesuatu yang bersifat indrawi melulu dan tidak
mantap. Dengan gaya seorang penyair, Parmenides menantang siapa pun
untuk berani memakai daya akal budinya melawan arus pendapat umum, "Jangan
biarkan dirimu didesak ke jalan yang salah oleh kuatnya kebiasaan dan pandangan
umum. Jangan percaya pada penglihatan yang menyesatkan dan telinga yang hanya
mengumpulkan bunyi-bunyi. Juga jangan percaya pada lidah: hanya akal budi
semata-mata hendaklah menjadi penguji dan hakim segala sesuatu."
C.
Zaman Pertengahan (Abad 2- 14 SM)
Zaman pertengahan (middle age) ditandai dengan para
tampilnya theolog di lapangan ilmu pengetahuan. Ilmuwan pada masa ini adalah
hampir semuanya para theolog, sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan
aktivitas keagamaan. Atau dengan kata lain kegiatan ilmiah diarahkan untuk
mendukung kebenaran agama. Semboyan pada masa ini adalah Anchila Theologia
(abdi agama). Peradaban dunia Islam terutama abad 7 yaitu Zaman bani Umayah
telah menemukan suatu cara pengamatan stronomi, 8 abad sebelum Galileo Galilie
dan Copernicus. Sedangkan peradaban Islam yang menaklukan Persia pada abad 8
Masehi, telah mendirikan Sekolah kedokteran dan Astronomi di Jundishapur
D. Masa Renaissance (14-17 M)
Zaman Renaissance ditandai sebagai era kebangkitan
kembali pemikiran yang bebas dari dogma-dogma agama, Renaissanse adalah zaman
peralihan ketika kebudayaan abad pertengahan mulai berubah menjadi suatu
kebudayaan modern. Tokoh-tokohnya adalah : Roger Bacon, Copernicus, Tycho
Brahe, yohanes Keppler, Galilio Galilei. Yang menarik disini adalah pendapat
Roger Bacon, ia berpendapat bahwa pengalaman empirik menjadi landasan utama
bagi awal dan ujian akhir bagi semua ilmu pengetahuan. Matematik merupakan
syarat mutlak untuk mengolah semua pengetahuan. Menurut Bacon, filsafat harus
dipisahkan dari theologi. Agama yang lama masih juga diterimanya. Ia
berpendapat bahwa akal dapat membuktikan adanya Allah. Akan tetapi mengenai
hal-hal yang lain didalam theology hanya dikenal melalui wahyu. Menurut dia
kemenangan iman adalah besar, jika dogma-dogma tampak sebagai hal-hal yang
tidak masuk akal sama sekali.
Sedangkan Copernicus adalah tokoh gereja ortodok, yang
menerangkan bahwa matahari berada di pusat jagat raya, dan bumi memiliki dua
macam gerak, yaitu perputaran sehari-hari pada porosnya dan gerakan tahunan
mengelilingi matahari. Teori ini disebut Heliosentrisme. Namun teorinya
ditentang kalangan gereja yang mempertahankan prinsip Geosentrisme yang
dianggap lebih benar dari pada prinsip Heliosentrisme. Setiap siang kita
melihat semua mengelilingi bumi. Hal ini ditetapkan Tuhan, oleh agama, karena
manusia menjadi pusat perhatian Tuhan, untuk manusialah semuanya, paham
demikian disebut Homosentrisme. dengan kata lain prinsip Geosentrisme tidak
dapat dipisahkan dari prinsip Homosentrisme.
E.
Perkembangan Filsafat Zaman Modern (17-19 M)
Zaman ini ditandai dengan berbagai dalam bidang ilmiah,
serta filsafat dari berbagai aliran muncul. Pada dasarnya corak secara keseluruhan
bercorak sufisme Yunani. Paham–paham yang muncul dalam garis besarnya adalah
Rasionalisme, Idialisme, dengan Empirisme. Paham Rasionalisme mengajarkan bahwa
akal itulah alat terpenting dalam memperoleh dan menguji pengetahuan. Ada tiga
tokoh penting pendukung rasionalisme, yaitu Descartes, Spinoza, dan Leibniz.
Sedangkan aliran Idialisme mengajarkan hakekat fisik
adalah jiwa., spirit, Para pengikut aliran/paham ini pada umumnya, sumber
filsafatnya mengikuti filsafat kritisisismenya Immanuel Kant. Fitche
(1762-1814) yang dijuluki sebagai penganut Idealisme subyektif merupakan murid
Kant. Sedangkan Scelling, filsafatnya dikenal dengan filsafat Idealisme
Objektif .Kedua Idealisme ini kemudian disintesakan dalam Filsafat Idealisme
Mutlak Hegel.
Pada Paham Empirisme mengajarkan bahwa tidak ada sesuatu
dalam pikiran kita selain didahului oleh pengalaman. ini bertolak belakang
dengan paham rasionalisme. Mereka menentang para penganut rasionalisme yang
berdasarkan atas kepastian-kepastian yang bersifat apriori. Pelopor aliran ini
adalah Thomas Hobes Jonh locke,dan David Hume.
F.
Zaman Kontemporer
Yang dimaksud dengan zaman kontemporer adalah dalam
kontek ini adalah era tahun-tahun terakhir yang kita jalani hingga saat
sekarang. Hal yang membedakan pengamatan tentang ilmu pada zaman sekarang
adalah bahwa zaman modern adalah era perkembangan ilmu yang berawal sejak
sekitar abad ke-15, sedangkan kontemporer memfokuskan sorotannya pada berbagai
perkembangan terakhir yang terjadi hingga saat sekarang. Yakni dengan
berkembang pesatnya ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang. Yang disebabkan
oleh semakin kritisnya umat manusia era sekarang yang di bantu oleh adanya
alat-alat yang canggih. Pada periode ini berbagai kejadian dan peristiwa yang
sebelumnya mungkin dianggap sesuatu yang mustahil, namun berkat kemajuan ilmu
dan teknologi dapat berubah menjadi suatu kenyataan. Bagaimana pada waktu itu
orang dibuat tercengang dan terkagum-kagum, ketika Neil Amstrong benar-benar
menjadi manusia pertama yang berhasil menginjakkan kaki di Bulan. Begitu juga
ketika manusia berhasil mengembangkan teori rekayasa genetika dengan melakukan
percobaan cloning pada kambing, atau mengembangkan cyber technology, yang
memungkinkan manusia untuk menjelajah dunia melalui internet. Belum lagi
keberhasilan manusia dalam mencetak berbagai produk nano technology, dalam
bentuk mesin-mesin micro-chip yang serba mini namun memiliki daya guna sangat
luar biasa.
Semua keberhasilan ini kiranya semakin memperkokoh
keyakinan manusia terhadap kebesaran ilmu dan teknologi. Memang, tidak
dipungkiri lagi bahwa positivisme-empirik yang serba matematik, fisikal,
reduktif dan free of value telah membuktikan kehebatan dan memperoleh
kejayaannya, serta memberikan kontribusi yang besar dalam membangun peradaban manusia
seperti sekarang ini.
Namun, dibalik keberhasilan itu, ternyata telah
memunculkan persoalan-persoalan baru yang tidak sederhana, dalam bentuk
kekacauan, krisis yang hampir terjadi di setiap belahan dunia ini. Alam menjadi
marah dan tidak ramah lagi terhadap manusia, karena manusia telah memperlakukan
dan mengexploitasinya tanpa memperhatikan keseimbangan dan kelestariannya.
Berbagai gejolak sosial hampir terjadi di mana-mana sebagai akibat dari
benturan budaya yang tak terkendali.
Kesuksesan manusia dalam menciptakan teknologi-teknologi
raksasa ternyata telah menjadi bumerang bagi kehidupan manusia itu sendiri.
Raksasa-raksasa teknologi yang diciptakan manusia itu seakan-akan berbalik
untuk menghantam dan menerkam si penciptanya sendiri, yaitu manusia.
Berbagai persoalan baru sebagai dampak dari kemajuan ilmu
dan teknologi yang dikembangkan oleh kaum positivisme-empirik, telah
memunculkan berbagai kritik di kalangan ilmuwan tertentu. Kritik yang sangat
tajam muncul dari kalangan penganut “Teori Kritik Masyarakat”, sebagaimana
diungkap oleh Ridwan Al Makasary. Kritik terhadap positivisme, kurang lebih
bertali temali dengan kritik terhadap determinisme ekonomi, karena sebagian
atau keseluruhan bangunan determinisme ekonomi dipancangkan dari teori pengetahuan
positivistik. Positivisme juga diserang oleh aliran kritik dari berbagai latar
belakang dan didakwa berkecenderungan meretifikasi dunia sosial. Pandangan
teoritikus kritik dengan kekhususan aktor, di mana mereka menolak ide bahwa
aturan aturan umum ilmu dapat diterapkan tanpa mempertanyakan tindakan manusia.
Akhirnya “Teori Kritik Masyarakat” menganggap bahwa positivisme dengan
sendirinya konservatif, yang tidak kuasa menantang sistem yang eksis.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dari pembahasan Diatas maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan :
1.
Bahwa filsafat ilmu mengalami
sejarah yang panjang sejalan denganperkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri.
2.
Bahwa perkembangan ilmu pengetahuan tidak bisa
lepas dari perkembanganpemikiran secara teoritis yaitu senantiasa mengacu
kepada peradabanYunani .Oleh karena itu periodesasi perkembangan ilmu disusun
mulai dariperadaban Yunani kemudian diakhiri pada penemuan-penemuan pada zaman
kontemporer. Penemuan-penemuan yang spektakuler terjadi sepanjang zaman dari
masaPra Yunani kuno sampai pada masa kontemporer tentu saja sangatdipengaruhi
oleh tokoh pemikir (filosof) yang hidup pada zaman masing-masing dan menambah
kekayaan khasanah ilmu pengetahuan khususnyacabang filsafat yaitu filsafat
ilmu.
B.
Saran
Saran yang dapat kami sampaikan adalah:
Seharusnya
kita sebagai calon pendidik haruslah banyak mengetahui tentang sejarah
perkembangan ilmu pengetahuan, dan siapa saja penemu yang berperan penting
dalam kehidupan ini.
Sebagai umat yang beriman, kita seharusnya mengetahui batasan-bataan dalam pengembangan ilmu itu sendiri.
Sebagai umat yang beriman, kita seharusnya mengetahui batasan-bataan dalam pengembangan ilmu itu sendiri.
. Sebagai penyusun, kami menyadari banyak hal yang masih
kurang. Dan jika dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan atau
kekeliruan, mohon kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Amien,
Miska M. Epistemologi Islam: Pengantar Filsafat Pengetahuan Islam. Jakarta:
UI Press, 1983
Anshari,
Endang S. Ilmu, filsafat, dan Agama. Bina Ilmu: Surabaya, 1985
Hadiwijono,
Harun. Sari Sejarah Filsafat Barat 2. Yogyakarta: Kanisius 1998
Sabri,
Muhammad Dkk. Filsafat Ilmu. Makassar: Alauddin Press 2009
Raverts,
Jerome R. Filsafat Ilmu.Yogyakarta: Pustaka Pelajar 1982
http://sukman21.blogspot.com/2013/10/periodesasi-perkembangan-sejarah.html